Selamat Datang

Selamat Membaca dan Mohon Berikan Komentar Anda!

Jumat, 22 April 2011

Bangsaku dan Negeriku


Oleh : Yayan, S.Pd.

‘Marhaban ya ramadhan, puji dan syukur tak henti-hentinya kita panjatkan kehadirat Allah SWT berkat rahmat-Nya  kita masih diberikan kesempatan untuk dapat melewati bulan istimewa, bulan yang penuh rahmat dan ampunan. Oleh karena itu, sudah selayaknya kita melakukan persiapan sematang mungkin agar kita dapat mengisi bulan ramadhan nanti dengan maksimal dan penuh makna’.
Bulan Ramadhan merupakan bulan yang istimewa. Di bulan ini pahala amal ibadah dilipat gandakan, pintu surga terbuka lebar dan pintu neraka ditutup rapat, rizki dilapangkan dan masih banyak keistimewaan lainnya. Keistimewaan bulan Ramadhan tersebut berimplikasi terhadap umatnya untuk dapat melakukan persiapan dengan sematang mungkin, agar waktu ke waktu di bulan tersebut dapat dilalui dan diisi dengan maksimal dan penuh makna. Proses persiapan itu tentunya tidak mudah untuk dilakukan, terlebih lagi di zaman globalisasi seperti sekarang ini. Dengan pengaruhnya, globalisasi membuat banyak manusia terutama remaja di negeri ini kehilangan jati diri sebagai bangsa Indonesia bahkan sebagai umat beragama.
Dalam berpakaian misalnya, remaja- remaja Indonesia lebih banyak menggunakan pakaian minim yang memperlihatkan bagian tubuh yang semestinya ditutupi. Padahal cara berpakaian tersebut jelas-jelas tidak sesuai dengan kebudayaan masyarakat dan norma-norma agama terlebih di bulan suci Ramadhan nanti.
Selain itu, dillihat dari sikap dan moralitas, remaja Indonesia mengalami kemerosotan yang sangat tajam (demoralisasi kronis). Banyak remaja yang tingkah lakunya tidak mengindahkan sopan santun dan cenderung tidak perduli terhadap lingkungan. Ironisnya, apa yang disebut extra-marital intercouse atau kinky-seks yang lazim dikenal masyarakat dengan seks bebas, nyatanya cenderung disukai oleh anak muda, terutama kalangan anak sekolah dan mahasiswa. Akibatnya, kita sering mendengar dan melihat kasus remaja atau pelajar dan mahasiswa yang melakukan aborsi. Salah satu penyebabnya adalah pengaruh tayangan porno dari internet, VCD/DVD, televisi ataupun media lainnya.
Sejatinya kondisi demikian tidak boleh dibiarkan terus berlangsung, terlebih di bulan suci Ramadhan. Karena hal demikian akan merusak amal ibadah yang sedang dijalankan. Oleh karena itu, sudah selayaknya kita sebagai pendidik dan sekaligus sebagai pihak yang bertangung jawab terhadap kehidupan remaja dan eksistensi bangsa ini untuk dapat menyelamatkan mereka dengan menginternalisasi ajaran-ajaran positif ke dalam diri mereka sehingga mereka memiliki pondasi yang kokoh dalam mengarungi bahtera kehidupan yang penuh dinamika terutama di bulan suci Ramadan.  
Tentunya banyak upaya yang dapat kita lakukan untuk membentengi remaja dan anak didik agar mereka siap menjalani bulan suci ramadhan, diantaranya adalah dengan optimalisasi pendidikan kewarganegraan (PKn) di sekolah. PKn secara pragmatik-prosedural berupaya memanusiakan (humanizing) dan membudayakan (civilizing) serta memberdayakan (enpowering) manusia/anak didik dalam rangka pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosial budaya, bahasa, usia, dan suku bangsa untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter sebagaimana yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.
Sebagai salah satu mata pelajaran bidang sosial dan kenegaraan, PKn mempunyai fungsi yang sangat essensial dalam meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang memiliki keterampilan hidup bagi diri, masyarakat, bangsa dan negara. Isi PKn diarahkan untuk menumbuhkan kompetensi kewarganegaran, yaitu pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge), keterampilan kewarganegaraan (civic skill), dan watak kepribadian kewarganegaraan (civic disposition). Ketiga keterampilan tersebut diperlukan agar tercipta partisipasi yang bermutu dan bertanggungjawab dari warga negara dalam kehidupan politik dan masyarakat baik di tingkat lokal, nasional maupun internasional.
Untuk menumbuhkan kompetensi yang diperlukan, maka pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan harus mengandung tiga komponen penting, yaitu pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge), keterampilan kewarganegaraan (civic skill), dan watak kepribadian kewarganegaraan (civic disposition). Bronson (Wuryan dan Syaifullah, 2008: 78).
Pengetahuan kewarganegaraan berkenaan dengan subtansi atau informasi yang harus diketahui oleh warga negara, seperti prengetahuan tentang sistem politik, pemerintahan, konstitusi, undang-undang, hak dan kewajiban sebagai warga negara, dan sebagainya. Sementara itu, keterampilan kewarganegaraan berkaitan dengan kemampuan atau kecakapan intelektual, sosial dan psikomotorik. Keterampilan intelektual yang penting bagai terbentuknya warga negara yang berwawasan luas, kritis, meliputi keterampilan mengidentifikasi dan mendeskripsikan; menjelaskan dan menganalisis; mengevaluasi, menentukan dan mempertahankan (Wuryan dan Syaifullah, 2008: 78)
Sementara itu, watak dan kepribadian kewarganegaraan berkaitan dengan sifat-sifat pokok karakter pribadi maupun karakter publik warga negara yang mendukung terpeliharanya demokrasi konstitusional. Sifat karakter pribadi warga negara antara lain tanggungjawab moral, disiplin diri, dan hormat terhadap martabat setiap manusia. Sedangkan sifat karakter publik antara lain kepedulian sebagai warga negara, kesopanan, hormat terhadap aturan hukum (rule of law), berpikir kritis, dan kemauan untuk mendengar, bernegosiasi dan berkompromi (Sapriya, 2004: 13).
Sedangkan mengenai kecerdasan moral (moral intelegence) yang hendak dibangun melalui Pendidikan Kewarganegaran, meliputi: empati, kesadaran, pengendalian diri, respek/kepedulian, kebaikan, toleran, dan kejujuran.
Ketiga komponen pembelajaran Pkn itu akan membentuk siswa menjadi warga negara yang baik, yaitu warga negara yang memiliki keutamaan (exellence) atau kebajikan (Virtue) selaku warga negara. Berkaitan dengan keutamaan atau kebajikan tersebut, Plato (Wuryan, Syaifullah, 2006: 118) mengemukakan empat keutamaan atau kebajikan yang dihubungkan dengan tiga bagian jiwa manusia. Keempat kebajikan itu adalah pengendalian diri (temperance) yang dihubungkan dengan nafsu, keperkasaan (fortitude) yang dihubungkan dengan semangat (Thumos), kebijaksanaan atau kearifan yang dihubungkan dengan akal (nous), dan keadilan yang yang dihubungkan dengan ketiga bagian jiwa itu.
Oleh karena itu dengan optimalisasi pendidikan kewarganegaraan yang berorientasi civic disposition dan moral intelegence, diharapkan terbentuk karakter dan kompetensi disiplin, tanggungjawab moral, hormat terhadap martabat setiap manusia, sopan, hormat terhadap aturan hukum dan norma (rule of law), kesadaran yang tinggi, pengendalian diri, respek/peduli, kebaikan, toleran, dan kejujuran pada diri siswa. Pendek kata dengan terinternalisasinya kompetensi seperti di atas diharapakan semua siswa yang beragama Islam, lebih siap dalam menjalani bulan Ramadhan dan mampu mengisi bulan penuh keistimewaan tersebut dengan maksimal dan penuh makna sehingga mereka menjadi umat beragama yang baik di mata tuhan dan sesame, yaitu insan mutaqin. Bagi mereka yang tidak beragama islam diharapkan kompetensi tersebut akan menjadikan mereka sebagai warga negara yang baik atau good citizen yaitu warga negara yang memiliki keutamaan (exellence) atau kebajikan (Virtue) di mata bangsa dan negara.

Penulis adalah alumni Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) yang lulus dengan predikat Cum Laude dan pernah menjadi jura lomba karya tulis ilmiah mahasiswa,  sekarang penulis menjadi salah satu staf pengajar (Mata Pelajaran PKn) di SMK Pariwisata PGRI Majalengka.

Berikut ini identitas lebih lanjut tentang penulis :
Nama              : Yayan S.Pd
Alamat           : Jl Kiara Agung No. 57 RT 08/ RW 04, Desa Cibunut 
                        Kecamatan Argapura Kabupaten Majalengka.

1 komentar:

  1. Casino games casino games online, free slots, and
    ‎Mobile Apps · 바카라사이트 ‎Casino Bonuses · ‎Free jordan 12 retro Shipping Online Spins · ‎Online Super jordan 14 retro clearance Gaming · Wholesale air jordan 15 shoes ‎Casino Wagering 포커 족보

    BalasHapus